Lengking Manggopoh
Lengking Manggopoh, Parade Tari Nusantara 2016 : Sumatera Barat
Penanggung Jawab : H. Hadi Suryadi, SH., Yelidar, S.Sos., Elly Safri, S.Sos.
Penata Tari : Rasmida
Penata Musik : Rafiloza
Penata Rias & Busana : Syafrini, Intania AJ, Sri Murni, Putri NA
Karya tari ini terinspirasi dari membaca cerita dan kisah Minangkabau. Tentang perempuan cantik bernama Siti Maggopoh yang melakukan perlawanan terhadap kebijakan ekonomi Kolonial Belanda melalui pajak atau belasting.
Siti Manggopoh meninggal di usia 85 tahun, atau tepatnya 20 Agustus 1965 di kampung Gagasan Gadang, Kabupaten Agam. Gelar tersebut sebagai penghormatan terhadap kiprah Siti yang juga dikenal sebagai pesilat tangguh sejak remaja hingga sekarang Siti juga dijuluki Singa Betina dari Manggopoh.
Pada Parade Tari Nusantara 2016, karya tari ini diberi judul LENGKING MANGGOPOH, menginterpretasikan tentang keberanian dan ketangguhan Siti Manggopoh dalam melawan Belanda. Dalam penggarapannya, tarian ini berpijak dari seni budaya tradisi daerah Minangkabau khususnya dari Kabupaten Agam, diantaranya Silat Harimau, Gandang Tambua, Kesenian Indang, Salung, Rabab, Dendang, yang digarap menjadi satu karya tari.
Penari : Syafrini, Abdul Muchlis, Intania AJ, Sri Murni, Febian Lavica, Putri NA, Ariefin Ilham JP
Pemusik : Aljunaidi, Indrawan Nendi, Budi Hadi Wijaya, Farid Al Razaq, Resva Wardani, Nasriwanto
Video Lengking Manggopoh
Parade Tari Nusantara 2016 : Sumatera Barat
Sekilas Tentang Siti Manggopoh
Siti Manggopoh, Lahir di manggopoh, Kabupaten Agam pada bulan Mei 1880 adalah seorang pejuang perempuan dari Manggopoh, Lubuk Basung, Agam. Ia pernah mengobarkan perlawanan terhadap kolonialis Belanda dalam perang yang dikenal sebagai Perang Belasting.
Pada tahun 1908, Siti melakukan perlawanan terhadap kebijakan ekonomi Belanda tentang pajak uang (belasting). Peraturan belasting dianggap bertentangan dengan adat Minangkabau, karena tanah adalah kepunyaan komunal atau kaum di Minangkabau. Pada 16 Juni 1908, terjadilah perang dan pihak Belanda kewalahan menghadapi tokoh perempuan Minangkabau ini sehingga meminta bantuan tentara Belanda yang berada di luar nagari Manggopoh. Perang ini kemudian dinamai Perang Belasting.
Dengan siasat yang diatur sedemikian rupa oleh Siti, dia dan pasukannya berhasil menewaskan 53 orang prajurit Belanda. Sebagai perempuan, Siti Manggopoh cukup mandiri dan tidak tergantung kepada orang lain. Ia memanfaatkan naluri keperempuanannya secara cerdas untuk mencari informasi tentang kekuatan Belanda tanpa hanyut dibuai rayuan mereka.
Ia pernah mengalami konflik batin ketika akan mengadakan penyerbuan ke benteng Belanda. Konflik batin tersebut adalah antara rasa keibuan yang dalam terhadap anaknya yang erat menyusu di satu pihak dan panggilan jiwa untuk melepaskan rakyat dari kezaliman Belanda di pihak lain. Namun ia segera keluar dari sana dengan memenangkan panggilan jiwanya untuk membantu rakyat.
Siti Manggopoh meninggal di Gasan Gadang, Padang Pariaman, Sumatera Barat, 1965 pada umur 85 tahun
kunjungi http://www.justgoindonesia.com untuk explore Indonesia