Patemon Teruna Daha
Patemon Teruna Daha, Parade Tari Nusantara 2017, Bali
Penata Tari : I Gusti Ngurah Agung Giri Putra, S.Sn
Penata Musik : I Wayan Sudiarsa, S.Sn
Penata Rias & Busana : I Gusti Ngurah Agung Sasmitra
Terinspirasi dari adat yang sangat ketat di daerah Tenganan, Pegringsingan, Kabupaten Karangasem, Bali, dimana para pemudanya tidak boleh kawin di luar desa, maka upaya untuk membangun kedekatan rasa diantara muda mudi di Tenganan, Pegringsingan dilakukan lewat Abuang Luh Muani.
Abuang Luh Muani merupakan tarian prosesi masyarakat adat desa Tenganan yang disajikan dengan gerak yang sangat sederhana. Tarian ini adalah tarian berpasangan yang dilakukan oleh pemuda pemudi dengan cara berhadap hadapan dengan posisi tangan dibentangkan serta dengan digerakkan mengikuti alunan gamelan selonding.
Berpijak dari tarian prosesi Abuang Luh Muani inilah lahir gagasan untuk mengembangkan menjadi tarian kreasi dengan nama Patemon Teruna Daha, yang memiliki arti pertemuan diantara pemuda dan pemudi. Patemon memiliki makna pertemuan, Teruna artinya remaja putra dan Daha atinya remaja putri.
Patemon Teruna Daha dalam konteks karya ini dimaknai sebagai tarian yang berfungsi untuk mempertemukan remaja putra dan remaja putri agar terbangun rasa mengenal dan menyukai satu sama lain.
Video PatemonTeruna Daha
Parade Tari Nusantara 2017 : Bali
Sekilas Tentang Tenganan, Pegringsingan Bali
Tenganan Pegringsingan adalah sebuah desa di Kabupaten Karangasem di Bali, Indonesia. Sebelum tahun 1970-an diketahui oleh antropolog untuk menjadi salah satu masyarakat paling terpencil di nusantara.
Perubahan yang cepat telah terjadi di desa sejak tahun 1970an, seperti perkembangan komunikasi lokal oleh pemerintah pusat, pembukaan hingga pariwisata, pemutusan peraturan endogami. Wisatawan tertarik ke Tenganan dengan budaya Bali Aga yang unik yang masih berpegang pada tradisi, upacara dan peraturan asli Bali kuno, dan tata letak dan arsitektur desa yang unik. Hal ini dikenal dengan musik gamelan selunding dan anyaman anyaman ikat tekstil.
Orang-orang Tenganan Pegringsingan disebut Bali Aga-orang asli Bali. Mereka turun dari kerajaan Majengahit Pegeng. Ada peraturan ketat tentang siapa yang diizinkan tinggal di desa. Hanya mereka yang lahir di desa bisa tinggal di desa dan menjadi anggota penuh masyarakat. Ada peraturan tentang pernikahan dan siapa saja yang menikah di luar desa harus pergi. Protokol yang ketat mengenai perkawinan di antara kelompok kerabat telah mengarahkan orang Tenganan melalui bahaya genetik perkawinan silang meskipun dengan meningkatnya kontak dengan dunia luar, peraturan ini sedikit longgar.
bali selalu bagus….